Hasil Pengusutan Polisi atas Kasus Pelonco ITN

Written By Unknown on Minggu, 15 Desember 2013 | 10.30

TEMPO.CO , Malang:Kepala Kepolisian Resor Malang Ajun Komisaris Besar Adi Deriyan Jayamarta membantah anak buahnya lamban menangani kasus kematian Fikri Dolasmantya Surya, mahasiswa Planologi Institute Teknologi Nasional asal Mataram, Nusa Tenggara Barat. Fikri tewas dalam kegiatan Kemah Bakti Desa (KBD) di lokasi obyek wisata Pantai Gua Cina, Dusun Rowotrate, Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu, 12 Oktober 2013, atau sehari menjelang acara berakhir. Diduga kuat Fikri meninggal akibat siksaan fisik selama acara yang berlangsung sejak Rabu, 9 Oktober 2013 itu.

"Saya mengetahui kabar kematian Fikri dari laporan Kapolsek (Kepala Kepolisian Sektor Sumbermanjing Wetan Ajun Komisaris Farid Fathoni). Tahapan yang dilakukan Kapolsek sudah benar. Kami tetap bekerja secara profesional," kata Adi kepada Tempo, Sabtu, 14 Desember 2013.

Adi menceritakan panitia menghentikan acara setelah Fikri meninggal. Acara sebenarnya berlangsung selama empat hari sejak 9 Oktober. Kabar kematian Fikri diterima Polsek Sumbermanjing Wetan dari panitia pada Sabtu sore. Tempat kejadian perkara sudah kosong. Polisi menganggap Panitia telat melapor ke polisi.

Cerita berdasarkan empat saksi dari mahasiswa, sebelum meninggal, Fikri dan mahasiswa baru lainnya diajak berjalan kaki menuju lokasi konservasi penyu hijau, satu kilometer dari barak. Fikri kelelahan dan terjatuh. Lalu terdengar suara dengkuran.

Fikri sempat diperiksa tim medis panitia. Semula polisi tidak dapat memastikan waktu dan tempat kematian Fikri, apakah di lokasi kemah atau dalam perjalanan ke Puskesmas Sitiarjo. Jasad Fikri sempat dibawa dari puskesmas ke RS Bokor di Kecamatan Turen dan balik lagi ke Puskesmas. Menurut para saksi, Fikri meninggal di puskesmas.

"Setelah itu, sorenya panitia melapor ke Polsek. Saat TKP didatangi sudah tidak ada orang. Kami akhirnya membawa korban ke RSSA (Rumah Sakit Sjaiful Anwar) di Kota Malang. Namun, keluarga korban menolak dilakukan otopsi," ujar bekas penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi itu.

Dari visum luar yang dilakukan RSSA diketahui tidak ada bekas-bekas kekerasan pada jasad Fikri. "Titik krusialnya di visum luar itu. Perlu dibuktikan lebih lanjut berdasarkan keterangan dan bukti-bukti di lapangan, apakah benar Fikri meninggal karena tindak kekerasan atau bukan. Kami sangat terbuka menerima masukan, terutama dari masyarakat di Gua Cina yang menganggap kami lamban. Masukan warga sangat kami perhatikan."

Kepolisian sudah membentuk tim khusus untuk menelusuri penyebab pasti kematian Fikri. Sejauh ini kerja tim lancar-lancar saja. Polisi tinggal menunggu izin dari keluarga Fikri untuk otopsi. Bila izin diberikan, polisi akan membongkar makam Fikri untuk otopsi.

Polisi akan mencari dasar hukum lain untuk meminta pertanggungjawaban ITN bila keluarga Fikri menolak memberi izin. Tapi polisi tetap berusaha meyakinkan keluarga.

ABDI PURMONO


Anda sedang membaca artikel tentang

Hasil Pengusutan Polisi atas Kasus Pelonco ITN

Dengan url

http://nasionalitas.blogspot.com/2013/12/hasil-pengusutan-polisi-atas-kasus.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Hasil Pengusutan Polisi atas Kasus Pelonco ITN

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Hasil Pengusutan Polisi atas Kasus Pelonco ITN

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger